Visualisasi Sejarah Yang Mengindahkan Tata Krama
Sebagai pencita film dan serial laga, baik itu produk dari negeri tirai bambu yang biasa di sebut Wu Xia maupun produk lokal, saya sangat menunggu kehadiran produk lokal berupa sinetron silat yang bener-bener bagus dan berkelas. Aduuuh..... setiap hari rasanya bosaaaaaaaaaannn...di suguhin sinetron drama stripping yang ceritanya itu-itu aja..., isi nya ABG pacaran kalau gak emak-emak mata mendelik dan rebutan ini dan itu serta tentu saja jambak-jambakan kalau dah ribut.
Di dunia persinetronan indonesia sebenernya susah untuk mengharapkan tayangan laga kolosal kalau bukan dari pelopor dan ahlinya ..(ceilaaaaaaaaaaaah...... dah besar kepala itu si budiarti.. sambil kipas-kipas dan kedip-kedip.. duduk kaki menyilang ala nyonya sosialita), yah... siapa lagi yang sudah menorehkan tinta emas di dunia sinetron kolosal kalau bukan Genta Buana Pitaloka, walau apa mau dikata, di puasa-in 40 hari 40 malem sambil nanggap wayang orang juga gak bakalan balik itu sinetron kolosal yang bagus-bagus jaman dulu, sekarang genta buana bikin sinetron sambil merem, nulis sekenario dan cerita sambil ngupas bawang dan goreng krupuk, orang kostum juga manggil tukang permak keliling kali ah... ( ... sambil pegang kepala .. panadol please...).
Setelah sukses bikin warga pencinta sandiwara radio, pemerhati sejarah, dan pencinta serial laga kolosal muntah-muntah dan ngamuk-ngamuk sampai meronta-ronta gak ketulungan dengan menghadirkan sinetron berbandrol "Tutur Tinular Versi Nanguzubikahimindalik" (wkwkkwwk..... entah gimana nulisnya ya).. kini production house yang dulu pernah punya set megah di bumi perkemahan cibubur itu bikin "barang" baru lagi, gak tanggung-tanggung sekali lagi bikin re-make produk sukses mereka kala dahulu tentu saja lagi-lagi dengan versi baru (.. huuuhft... please dech..) yaitu kisah perjuangan para pejuang penyebar agama Islam Wali Songo.
Ya... dahulu kala entah tahun berapa production house yang di kusiri oleh Budi Sutrisno ini juga pernah bikin, hari itu jangan nanya hasilnya kaya apa, coba search di youtube, keren ya... ya..iya lah....(sambil kipas-kipas dan kedip-kedip tentunya..) genta buana pitaloka gitu loch... , orang-orang dibelakang layar jangan ditanya keprofesionalannya kala itu , lho... itu kan jaman dulu... sekarang.. TEEEETTTTEEEPPP (dengan gaya tata dado pakai bulu-bulu...) TAMBAH ANCUR .... wkkwwk... Barang baru yang baru saja tayang beberapa hari lalu itu diberi bandrol Kisah Sembilan Wali, dengan menggaet aktor ganteeeeng.. Henky Kurniawan (maaf kakang prabu... wkwkw), yah salah satu strategi untuk menarik pelanggan lama yaitu memasang orang yang sudah di kenal publik sebelumnya, tapi apakah ini akan berhasil, kita liat aja nanti bagaimana nasib dari Kisah Sembilan Wali setelah lebaran.
Jauh-jauh hari sebelum sinetron ini di promosikan melalui trailer nya di Indosiar, saya sudah melihat gambar-gambar kemegahan set permanent Genta Buana Paramitha ini di daerah sodong. Pertama melihatnya saya sempat berfikir sepertinya ini akan dibuat serius, set begitu megah dengan ornament emas dimana-mana, hampir tertipu mata saya, mungkin kalau ada anak kecil dibohongin "yuk... kita ke taman mini..." pasti dia girang loncat-loncat gak ketulungan di bawa ke set sodong ini dipikir taman mini. Bener lho memang megah.. namun sangat disayangkan set ini bener-bener dibuat di lingkungan alam yang terbuka dalam arti seperti di sebuah lapangan luas tanpa ada pohon-pohon seperti di bumi perkemahan cibubur kala itu. Karakteristik dari set juga agak bikin dahi berkerut..(aduh.... kerutan....musti dirawat nih... ke bengkel bubut), bagaimana tidak sekilas dari jauh bangunan-bangunan yang bernuansa tradisional itu tidak mirip dengan bangunan jawa, malah terlihat seperti pure-pure di bali, ornament-ornament di sekeliling juga terasa aneh, kalau gak salah ada hiasan berupa kuda laut, saya sih belum pernah liat ya di cerita jawa ada binatang itu si kuda laut.. saya jadi berfikir kenapa gak skalian aja di ajak sponge bob sama patrick di taruh buat hiasan istana ya.. wkkwkw... yah.. yang namanya membuat sinetron laga kolosal berlatar sejarah (hayo.. jangan ngeles lagi bilang ini kisah fantasi... kalau gak pengin di JAMBAK... sampai botak kaya pattel tuh..) itu seharusnya ada konsultan sejarah yang bertugas sebagai lampu senter biar gak gagap jalan dan kesasar kemana-mana kaya pendahulunya tuh si "versi siluman", bagaimana kostum kala itu, bagaimana set bangunan pada masa itu, jadi nantinya akan berhasil dengan baik, bukan malah sembarangan pada sok pinter bikin experiment di sana-sini entar judul sembilan wali di dalam malah ada Cakra Dara dan Kuda Merta, sekalian aja tuh ajak mak lampir lagi, kali ini jangan naik kebo, suruh dia naik gerobak sekalian, kebo nya kan dah ada tuh yang dari india...(sumpah jengkel gua.... sambil ngetik gini aduh... tangan dah gatel pengen GARUK....).
Tadi ngomongin set sudah ya.. sekarang kita bicarakan kostum, memang tidak salah dari sembilan wali yang paling populer ya Sunan Kali Jaga, udah.. jangan pikir macem-macem mengharapkan asal mula sunan kali jaga itu siapa, gak bakalan di jabarin di serial ini walau mengharap sampai menangis guling-guling kecebur got juga gak di kabulin. Sunan Kali Jaga diceritakan muncul pada akhir Majapahit, jadi walau bagaimana pun kostum jaman itu juga sekali lagi harus di pikirkan. Sepanjang ini kostum kanjeng Sunan Kali Jaga sih bagus, seperti yang digambarkan di poster-poseter madrasah ya, dengan busana jawa tertutup memakai blangkon dan pegang tasbih, namun bagaimana dengan tokoh lain..? seperti tokoh para perempuan yang aduh... entah siapa namanya ..(aduh... maaf ya, gak pengin kenal.. cukup tau aja tuh mahkotanya udah ngalahin pot kembang di teras gua...), tokoh perempuan ningrat yang diperankan oleh poppy bunga itu berbusana aneh, ini kelihatan sekali dari aksesoris mahkota, sepintas ini tidak mirip sama sekali dengan mahkota perempuan ningrat jawa, malah kelihatan seperti helm perang tentara cina di film Red Clift, atau pun tentara romawi, coba perhatikan gambar dibawah nanti tuh... memang semua dibuat dari bahan yang seolah logam mulia, namun kebelakang yang menutupi sebagian besar rambut itu mirip dibuat seperti bulu unggas.. ya ampuuuuun,, ini busana apa... Indian... mau niru pokahontas.. (pokahontas gak pakai mahkota.. tapi siapa lagi yang gua kenal cuma dia orang indian...wkwkw), sekalian aja suruh naik sampan dan ngobrol ma pohon ..., Kemudian busana atau pakaian yang dia kenakan .. lagi-lagi kemben itu dibuat seperti korset ala wanita barat jaman baheula, yang punya zip di punggung, dipadukan dengan rok lebar yang menyuntai sampai mata kaki... ini mengingatkan saya akan penata busana di Tutur Tinular Versi Kelapa Ngomong itu.
Rambut para pemain juga, selain pemain perempuan yang semua memakai mahkota berbentuk helm metalik itu, para tokoh pria juga gak mau kalah, seharusnya jaman itu laki-laki dan perempuan memakai cempol rambut, seperti konde kecil tepat diatas kepala, tetapi semua tokoh pria menggunakan mahkota seperti bando yang cuma nyelip di atas jidat. Pemasangannya pertama pakai wig atau rambut palsu yang mirip punya ira swara itu kemudian baru dipasang mahkota yang seperti bando dia atas jidat.. sudah deh jadi gak repot bikin cempol yang memakan waktu sampai 4 menit tiap orang.
Beginilah kalau serial laga kolosal di buat stripping, selain sekenario yang memang belum mateng dah di hidangkan jadi rasanya pengen lempar piring, persiapan setiap hari menjelang shooting juga payah. Bayangkan kalau mau menggunakan kostum asli sesuai setting sejarah, mereka para banci-banci make up itu musti pasang cempol dan konde serta menata rambut para pemain sambil mulut mereka ngoceh hana.. hini...hana..hini kuncrut gak jelas... dan sudah di pastikan gak bakalan bisa selesai dengan cepat. Makanya mereka mendesign aksesoris kepala berupa helm, yang tinggal di sisir trus pasang udah deh.., baju juga tinggal pasang, terik zip udah. Banyak yang bilang juga kostum pemain pria sangat aneh, mengingatkan kita pada film Barry Prima Pedang Ulung yang menggunakan kostum antah brantah gak karuan, namun Pedang Ulung film digarap dengan sangat bagus, coba deh liat, sedangkan sinetron sembilan rangers ..eh.. salah.. ya ampun sumpah..deh..gak sengaja... wkwkkw... maafin ya.. (sambil benerin jilbab...wkwkkw) maksud saya sembilan wali ini mirip dengan kostum ala power rangers zeo, dengan bahan lather atau kulit berwarna cerah, dengan ornament berkilauan terus lengan panjang dan zip dipunggung, sudah Power Rangers versi boyolalai deh..... tambah aneh lagi dengan celana panjang mereka yang dimasukan ke dalam sepatu boot.... (ini seperti film kungfu... cuih.... film kungfu mah gua demen.. ini.... aduh...kiri bang.. komdak ya...). Dah ah capek ngomongin kostumnya gak abis-abis.
Kemarin beberapa kali saya sempet nonton Kisah Sembilan Wali walau cuma beberapa menit sehari, saya melihat ada adegan pertikaian yang berbau SARA (hiiii.. inget si sarah... wkwkwk.. tuh kan orangnya dateng.. pasti nawarin kreditan sperei.. males wkkwkw), yah pertikaian antara umat hindu yang menjadi agama sebagian besar warga era Majapahit dengan umat Islam. Dalam pertikaian ini umat hindu kalah jadi seperti dibuat pecundang ceritanya, sedangkan umat islam begitu ajaib, hanya tinggal menengadahkan tangan baca doa bismillah dan lain sebagainya semua berubah total, yang tadinya ketakutan karena penyerbuan akhirnya para penyerbu itu langsung pada terlempar jauh setelah dibacain doa....Apa sebegini juga kah agama Islam itu, tinggal membaca doa langsung turun hujan, tinggal menengadah tangan langsung musuh pada jumpalitan. Kok selama ini yang aku lihat enggak begitu sih...... kalau segampang itu aku juga mau deh ikut jadi pengin apa-apa tinggal baca doa seketika itu langsung keturutan kontan gak pakai nunggu lama-lama ya agak... wkwkww.
Dengan salah satu adegan itu sudah menyiratkan banget kalau sang penulis sekenario itu tidak paham akan kisah ini, dan maaf sepertinya dia juga tidak mengerti apa itu Islam dan apa itu arti hubungan baik sesama umat beragama, memang benar saat itu ada konflik semacam itu, tapi apa tidak bisa dibuat dengan lebih "art" (wadugh.. ngerti gak nih si Asrevy K apa itu "Art"....wkwkkw) jadi tidak menimbulkan pemikiran-pemikiran negatif dari para penonton.
Selain itu juga adegan laga yang niat banget perang-perangan di lapangan, bener-bener deh seperti jaman anak-anak kalau mau perang-perangan ya dilapangan, karena kalau di lingkungan rumah sudah pasti itu ada emak-emak ikut nimbrung bawa sapu....Minggat gak lo orang dari sini... wkkwkwkkw, waduhhh sekali lagi rambut gua dah kribo gara-gara ini. Katanya sinetron laga kolosal, tapi orang cuma beberapa saja... sekalian aja 3 orang biar dikira acara KLOMPENCAPIR wkkwkwkw.. atau cerdas cermat.
Ya.. mungkin niat Genta Buana Paramitha (... males banget nyebut nama PH itu..) itu bikin serial ini untuk mengambil momentum ramadan yang sebentar lagi tiba, namun kalau isi ceritanya yang justru penuh dengan pertikaian antar agama islam dan agama lain apa itu baik buat tontonan, sementara jaman sekarang aktualnya saja sudah keliatan tuh... dimana-mana ribut, paling benter lagi ramadan juga akan disambut dengan pelepasan onta... wkkkwkwkw (hayo...... sweeeeeping.......semua harus tutup....).
Kita akan lihat kedepannya apa sinetron ini akan mengulang sukses pendahulunya yang berhasil memberikan suntikan virus rabies kepada orang-orang yang memang rabies para pencinta Tutur Tinular Versi Planet Pluto itu, ah... aku gak mau lagi nulis semoga-semoga.. seolah-olah ngarep lagi sama mereka untuk bikin yang lebih bagus, ini juga gak bakalan jadi kalau orang-orang di sekeliling "Sang Ratu" itu masih orang-orang bodoh yang gak ngerti sinetron kolosal gak bakalan kejayaan Genta akan terulang.
Dah ah ..udah jam 04:00 pagi... Pasti masjid di Indonesia dah pada adzan, aku mau bobo ya.. semoga gak mimpi di kejar nini suminah (wkwkkw orang gila paling populer di kroya tahun 80-an akhir wkwkkw..), hoaam dah ya, jangan lupa, cintai budaya nusantara kita dengan melestarikan dan tidak menikmati karya seni yang menyesatkan.... (by Dede Loo July 15th 2012)