Dulu sekitar tahun 1995
pertelevisian Indonesia digempur secara bertubi-tubi oleh tayangan serial
maupun film silat import dari hongkong. Saya masih ingat betul kala itu, dimana
setiap hari pada jam-jam prime time diduduki oleh serial kungfu mandarin, hampir
semua setasiun televisi (kecuali TVRI tentunya yang masih ngeributin iuran)
menayangkannya, lihat saja seperti TPI yang sekarang berubah nama menjadi MNC
TV kala itu memiliki program “Jagat Kungfu” setiap hari pukul 19:30,
serial-serial seperti Pedang dan Kitab Suci, Pendekar Hina Kelana, Judge Bao
adalah sebagian kecil dari program Jagat Kungfu yang popular kala itu. Di
setasiun lain juga tidak mau kalah, SCTV punya program seri silat legenda
negeri tirai bambu yang sangat terkenal yaitu Bai Shi Zhuan atau White Snake
Legend dengan tokoh utama Pai Shu Chen, atau Indosiar yang dengan sangat berani
menampilkan trilogy Chin Yung, Pendekar Pemanah Rajawali (Shen Tiaw Eng Hiong),
Kembalinya Pendekar Rajawali/Return Of The Condor Heroes (Shen Tiaw Hiap
Lu/Shen Tiaw Shia Li) dan Pedang Pembunuh Naga (To Liong To). Walau trilogy itu
sudah uzur ya…. secara versi yang ditayangkan di TV kala itu adalah versi yang
lama saat Andy Lau masih muda belia tahun 80-an. Setelah serial itu booming
mendadak saat usia serial sudah belasan tahun tentu saja mungkin pemainnya
kaget ya heeeee…
Akibat serbuan serial kung-fu dari
dataran china yang teramat banyak itulah, maka para pekerja seni atau lebih
spesifik lagi orang-orang film local berpikir untuk membuat serial silat local,
maka munculah Genta Buana Pitaloka (hari itu namanya Menara Gading) yang kala itu lama tidak membuat serial
silat meluncurkan Singgahsana Brama Kumbara, bagaimana reaksi masyarakat…?
Wooowww berhasil, Eh.. tapi sebelum singgahsana Brama Kumbara, pada sekitar
akhir 80-an hingga awal 90-an rumah Produksi pak Budi Sutrisno ini juga pernah
membuat “Mahkota Mayangkara” yang tayang setiap hari sabtu siang pukul 11:00 di
TPI, itu lho sequelnya Tutur Tinular, tapi malah digarap jauh-jauh tahun
sebelum Tutur Tinular Serial di buat.
Saking suksesnya membuat sinetron
silat, dan rasanya pertelevisian indonesia sudah demam serial silat ya, maka
rumah Produksi lainpun tidak mau ketinggalan, semua seolah berlomba menggarap
sinetron silat dengan berbagai jenis. Sebut saja Hari Topan Entercine menggarap
Wiro Sableng, Diwangkara dengan Jaka Tarub, Jaka Tingkir, Mega Kreasi Film menggarap
Prahara Prabu Siliwangi, tidak hanya production house yang identik saja menggarap
serial laga, Perusahaan pembuat sinetron semacam Multivison dan Starvision yang
kebanyakan membuat drama serial kala itu juga ikut latah, starvision membuat
Jacky, dipasang kan Ari Wibowo dan Ayuni Sukarman menjadi jagoan-jagoan muda ibukota,
dengan seting jaman sekarang tentu saja memberi warna lain, Multivison
meluncurkan “Perjalanan” kembali Ari Wibowo berlaga sebagai jagoan kali ini
digandengkan dengan ratu sinetron kala itu Tamara Blezinsky yang wajib untuk
beradu tendangan juga. Judul-judul lain kemudian menyusul, hampir semua cerita
rakyat di negeri ini sudah terangkat dengan indah dilayar televisi, hingga
suatu saat titik jenuh itu muncul juga. Dalam pandangan saya, kejenuhan muncul
bukan dari para pemirsa TV…, melainkan para produsen itu sendiri, yang sudah
tidak bersemangat lagi menggarap nya. Para pemain mungkin dikurangi adegan
laganya biar honor bisa di pangkas, sehingga digantikan oleh gambar animasi
kelas bangkai tikus…. Ya Tuhan Jeleeeeeeknya minta ampun, gimana penonton gak
muntah-muntah lihat orang mau berantem sudah pasang kuda-kuda tiba tiba jadi
kala jengking lah, jadi kodok, monster ini , monster itu walaaaaaahhhhhh
pokoknya semua binatang dimuka bumi ini dari semut sampai biawak pernah menjadi
stunt in para tokoh sinetron silat dalam adegan laga…. Ihhhh muntah kaleeeeeng.
Dan begitulah hingga kemudian
sampai pada masa transisi,…. Masa ini adalah masa dimana saya merasa seperti
menderita stroke yang cukup lama, gimana tidak…, ada sinetron atau FTV judulnya
Jaka Tarub dan 7 Bidadari eeeeeeeeeehhhhhhh jaka tarub pakai celana jeans, bawa
mobil, trus berantem ala serial silat, nama tokoh macam orang jaman dahulu,
tapi rumah gedongan, pakai gaun tapi berantem pakai pedang dan loncat terbang,
habis itu nyanyi dangdut ala india…… wadddddddduuuuuuuuhhhhhh aku tersiksa
bener…… hingga suatu saat hal semacam
itu lenyap sudah. Tidak ada lagi sinetron atau FTV indonesia yang
berantem-berantem. Saat itu semua sinetron berganti dengan cerita yang
hooooaaaaaaammmmm mau bobo kalau saya ingat, lebih muntahhhhhh
kaleeeeeengggggg. Ada bibir yang di tukar, ada cinta fitri banci, ada ini ada
itu gua tidak mau tahu. Apa masyarakat senang….. yaaaaaa tentu saja para ibu
rumah tangga, remaja putri dan juga remaja putra yang keputri-putrian pasti
suka tayangan cengeng babi ala cinta fitri dan lainnya.
Sinetron cengeng ala telanovela
tetapi lebay ini merajai pertelevisian sudah bertahun-tahun yaaaa sekitar 5
tahun terakhir. Berhasil sih… secara mungkin tidak ada tontonan lain, atau
masyarakat kebanyakan malas menonton film import berkualitas ala Bioskop Trans
TV atau Box Office nya RCTI karena kendala bahasa. Yang penting sinetron drama
najis itu ada dimana-mana, bintang baru dengan acting diluar standard
bermunculan, bintang macam Nikita Willy dan Sheren Sungkar pun kebingungan mau
simpen duit dimana saking kaya nya gara-gara sinetron ini sukses membodohi
masyarakat. Sampai sekarang juga saya selalu menunggu adanya sinetron laga
klasik macam dulu.
Baru-baru ini, Genta Buana Pitaloka
yang sudah lama mengganti nama menjadi Genta Buana Paramita, merilis ulang atau
tepatnya lagi membuat ulang kisah sukses Tutur Tinular menjadi Tutur Tinular
Versi 2011. Melihat tayangan trailer di televise saya sangat gembira sekali,
karena saya berfikir ini lah saatnya geliat laga klasik kolosal kembali bangun
dari bobo nya. Hingga tiba saatnya penayangan perdana Tutur Tinular versi 2011
itu tiba, dan saya menyaksikan dengan antusias dari pertama gambar muncul.
Hatiku yang berbunga-bunga mendadak
malah menjadi berakar-akar gak karuan melihat tayangan yang dulu sangat aku
cintai ini. Bagaimana tidak, kesan pertama muncul pemain menggunakan kostum ala
kerajaan Mataram Islam saya sudah kaget, ini Genta Buana tumben banget, apa
mereka mabok semua atau malah merekrut penata kostum secara asal-asalan sambil
merem atau bahkan tidak ada meeting dengan serius mengenai kostum. Minimal
mereka melihat di masa Tutur Tinular 1997, ini adalah kerajaan Singasari.
Singasari adalah sesepuhnya Majapahit, pada jaman Majapahit saja tidak ada
pakaian yang tertutup, semua pria sampai rajanya juga bertelanjang dada, paling
dia memakai aksesoris seperti kalung atau selendang, tapi bagaimana mungkin
pejabat kadipaten Manguntur dan Kurawan berpakaian ala Kerajaan Mataram, dengan
menggunakan jas jawa warna-warni wartinah waria warung tegal (lebay dehhhh)
bertopi seperti ember kapur ala penganten jawa, semua itu bukan punya
singasari. Kostum wanita juga tidak kalah mengecewakan, oke lah mungkin dengan sedikit
improvisasi pada hiasan mewah di kepala salah satu putri ini agak menarik, tapi
mengapa pakaian Nari Ratih seperti wanita Hindustan dengan kerudung?
Bukan itu saja pemilihan peran
untuk tokoh-tokoh sentral juga kurang sreg.. Arya Kamandanu berkulit terlalu
putih, wajah kurang Simpatik dan terlalu ceking, sementara ayahnya Empu
Hanggareksa malah terlihat lebih muda dan tidak ada tampang seorang Empu
pembuat senjata, tidak disinggung sama sekali kalau ayah Kamandanu ini adalah
seorang Empu, dia berpakaian seperti lurah-lurah pada masa kompeni yang
menguasai pasundan….. waduuuuuhhhhhhhhhhhhh parah.
Musik pengiring….. dulu pada zaman
Tutur Tinular versi bioskop dan Tutur Tinular 1997 musik digarap dengan sangat
bagus sekali oleh Harry Sabar dan juga Idris Sardi pada versi layar lebarnya, dengan adanya ilustrasi music tersebut kesan
kolosalnya duuuuuaaaaapattttt buaanget…, para pendekar tampak gagah dan perkasa
saat bertarung di iringi ilustrasi music om Harry. Bahkan dalam Saur Sepuh dulu
music Harry Sabar sempat di pakai untuk Produksi film laga di hongkong…. Tapi…..
Tapi…. Oh….. lihat sekarang, saya pusing mencari siapa penggarap ilustrasi music
pada Tutur Tinular 2011 ini, entah siapa namanya.. apa dia pemain organ tunggal
atau apa. Dalam sebuah adegan pertemuan Arya Kamandanu dengan Nari Ratih aku sempat
korek-korek kuping tidak percaya ketika aku mendengar ada lagu Original
Soundtract Chin Shen Shen Yu Mong Mong/清深深雨蒙蒙
(Kabut Cinta) yaitu lagu Hao Xiang Hao Xiang/好想好想dalam
bahasa Indonesia dan dinyanyikan oleh seorang pria, lagu itu dalam satu episode
muncul berkali-kali. Demikian juga dengan music lainya aku rasa seperti
memotong instrument dan di tempel begitu saja pada adegan-adengannya,
waduuuuuuhhhhh yang kaya gini gak bisa nih dibilang versi 2011. Dimana-mana
yang namanya versi baru itu selalu lebih bagus dari versi lamanya, lihat aja
Return of The Condor Heroes versi Lama dengan baru kan bagusan yang baru, walau
artis ganti tetapi hal-hal lain semacam effect dan teknologi pengambilan gambar
tambah keren…. Ehhh yang ini malah seperti habis pakai window vista terus pakai
DOS, mampus dah… mending gua nimba air ngisi bak mandi.
Yang paling fatal dari semua adalah
adegan fight yang selalu saja dibuat slow motion, hellllloooooooo ini sinetrol
silat, dahulu kala jaman sinetron macam ini booming, dalam lokasi shoot ada
latihan khusus para pemain untuk dapat beradegan speed fighting…, ini di
tekankan sekali lho terutama di Diwangkara, calon pemain yang bisa speed
fighting dan yang tidak pasti akan lebih di hargai yang bisa speed fighting.
Karena adegan akan semakin dramatis melihat jurus silat yang di peragakan
dengan bagus dan cepat, perpaduan kibasan pedang, pukulan dan tendangan serta
loncatan itu diberi effect suara hasilnya sangat memukau, nah kalau dah di slow
motion terus apa bagusnya,? Mau taruh sound effect juga nanti bunyinya seperti
apa?..... walahhhhhh jadi ingat ketoprak nya TVRI stasiun Yogyakarta deh …
kakang mbok….
Ada lagi ini yang parah banget ni,
Tutur Tinular Versi 2011 ini tidak di dubbing, mereka menggunakan direct vocal
atau suara asli pemain seperti sinetron drama pada umumnya. Ini tentu
mengganggu, sinetron silat kebanyakan beradegan di luar ruangan dengan latar
belakang hutan, danau atau pasar buatan, untuk shooting di medan seperti itu
tentu tidak mungkin dong genset di taruh di bawah tanah atau di letakan di kampung
sebelah, mau ditaruh dimana juga itu suara generator kedengaran masuk ke
boomer. Ingat tidak di Prahara Prabu Siliwangi dulu entah ada salah dimana,
salah satu episode lupa tidak ter dubbing, hasilnya saat tayang di televisi
dialog tidak kedengaran dan yang terdengar suara mesin genset yang mengganggu.
Mungkin iya jaman sekarang ada boomer yang bisa meredam suara latar yang ribut,
tetapi penggunaan logat bahasa pemain kan sangat berpengaruh, mana yang harus
berwibawa, mana yang romantis, mana yang urakan dan mana yang menggoda itu
memerlukan teknik vocal tersendiri, nah teknik vocal inilah yang belum dikuasai
oleh kebanyakan para pemain sinetron laga jaman sekarang, jadi akan lebih bagus
banget kalau di dubbing menggunakan pengisi suara yang professional seperti
sanggar Prativi dan lainya. Coba saja perhatikan suara Nari Ratih yang
aduuuuhhhh gimanaaaa gitu bikin mules kalau dengar…. Datar dan tidak berjiwa.
Walau bagaimanapun juga aku selalu
mengikuti setiap episodenya karena saya masih menunggu kehadiran Mei Shin,
entah apa jadinya Mei Shin nanti, kostum apa yang akan di pakai? Terkadang saya
suka geli dan tersenyum sendiri, bagaimana tidak melihat kostum pemain yang
saya sebutkan di atas sudah salah nah ketika Mei Shin Muncul saya membayangkan
dia menggunakan pakaian ala wanita china pada zaman Manchu, jadi kaya putri
Huan Zhu gitu ada kebon bunga di kepala dan sandal yang hak nya di tengah
huaaaaa haaaaa haaaaa….. habisnya bête banget dari tadi salah kostum mulu.
Sampai dengan saat ini, kebanyakan orang yang cerdas dan berpendidiakan serta berpikiran kritis menganggap sinetron ini adalah sinetron sampah, saat ini umur sinetron ini sudah ratusan episode. Merajai ratting... oh... tentu saja... (dengan mata kedip-kedip), semua tabloid (enggak semua sih... memang siapa itu sinetron sampah..?) menulis artikel tentang keberhasilan dari produk jelek ini dengan senyum-senyum ala muka Fenny Rose kalau lagi bawain program silet... mimik najis... wkwkkw.. najis tralala wolak-walik gambreng pokoknya. Namun sebagian penonton setianya yang terdiri dari anak-anak sekolah yang suka bolos, suka main facebook doang kalau di sekolah, suka nongkrong di warnet buka FB karna gak punya hape, trus ibu-ibu yang suaminya gak punya duit buat berlangganan tv satelit, serta para remaja alay .. ya alay.. cowok-cowok yang suka rempong .. rumpinawati, ngegosip.. serta suka dandan pakai baju warna-warni nabrak dan hobynya jalan-jalan di mall tapi gak pegang duit.. nah semua golongan itu selalu setia menyaksikan dan bertepuk tangan akan keberhasilan karya dari sutradara india hitam jelek kumel dan hidup itu...
Yahh .. mau gimana lagi.. cuma segitu sih kreatifitas dan minat masyarakat kebanyakan di negeri ini.. mau disodorin karya bermutu dia bilang.."Ih... apaan sih... gak jelas... jelek banget sih pemainya.. tua-tua... itu sih tontonan nenek-nenek..." (..Sampai pengin JAMBAK... gua nulis nya wkwkkw..), nanti dikasih tontonan yang asal-asalan.. yang penting pemain ganteng dan cantik (... aduh.. ada drum atau apa kek.. gua mau muntah........) dia baru girang... oh.... ganteng banget.. oh.. cantik deh.. ih... cocok banget kak "anu" dan kak "ini..... ih.. cco cweeet.... (NAAAAAAAAAJISSSSSS)... akting (..mereka kalau nulis "acting" kan begono.. maklum dah goblok dari kandungan biyung) akting mereka bagus dech..... (...... ih... memang ngerti acting bagus itu kayak apa.... sekali lagi... pengin JAMBAK trus BLENDER muka dia..).
Ah.. sudah lah... dah kriting rambut aku ini ngomongin produk yang satu ini.... dah ya... dha.... (Revised By Dede Loo July 14th 2012).
Terima kasih atas apresiasi anda, kalau menurut saya sesungguhnya ada bberapa judul tayangan sinetron atau film yg sesuai di segi kostum dan set, kalau anda ingin sebuah acuan.. maka mungkin kemukakan dulu kerajaan mana yg akan di angkat, nanti dari angka tahun kita bisa menentukan kostum dan budaya serta senjata yg di gunakan.. kami ada sebuah forum pencinta sejarah kerajaan.. munkin jika anda bergabung akan sangat bermanfaat untuk reset anda.. terima kasih...
BalasHapusWkwkwkwk asli deh sy ngakaak sakit perut baca ini. Sangat sesuai dengan uneg2 saya tp ga tau bagaimn bs mengeluarkannya kayak gini. Jd seperti terwakilkan hahahaha. Artikel yg sangat baguss... jeempol deh buat Mas Dede (y)
BalasHapushahahaha haduuuhhh..muntah kaleng saya baca
BalasHapusTitanium Hair Cutter - Tatiana, GA - TITIA, GA - TITIA, GA - TITIA, GA
BalasHapusTitanium Hair Cutter - Tatiana, GA · infiniti pro rainbow titanium flat iron TITIA, GA · TITIA, GA · TITIA, titanium color GA · TITIA, how to get titanium white octane GA · TITIA, GA · TITIA, GA · TITIA, GA · TITIA, GA · TITIA, GA · TITIA, titanium septum ring GA · TITIA, GA · TITIA, GA · TITIA, GA Rating: 5 · remmington titanium 4 votes